Apikkaltim.com – Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) bisa dikatakan cenderung defisit anggaran, artinya pengeluaran selalu lebih besar daripada penerimaan negara. Dan kekurangan ini selalu ditutupi dengan utang.
Dilansir dari youtube Mardigu Wowiek Prasantyo di chanel Bossman Mardigu bahwa dana APBN minus digunakan untuk Badan Usaha Milik Negara (BUMN). BUMN sendiri dikatakan tidak produktif dan tidak perform, karena banyaknya minus perusahaan negara harus ditanggung oleh APBN sedangkan Chief Excecutive Officer (CEO) dan direksi dari BUMN memilki harta yang berlimpah.
BUMN seharusnya milik negara, namun faktanya kita tidak mengetahui BUMN sendiri dikuasai oleh siapa. Bahkan pada saat BUMN sedang merugi justru meminta talangan dana dari negara lain dan menjadi negara yang menanggung semuanya.
“BUMN itu regulator sekaligus operator kenapa bisa merugi?” ucap Mardigu.
Selain itu jika Indonesia ingin maju negara harus melindungi aplikasi anak bangsa, contohnya Gojek adalah hasil karya anak bangsa namun pemiliknya mayoritas orang asing. Lalu traveloka jika saja dilindungi dan menjadi booking.com maka agoda tidak akan bisa masuk.
Sementara itu traveloka akan menguasai dan menjadi milik lokal. Sehingga tidak perlu menggunakan uang asing untuk bertahan.
Sekarang perang dagang antara Amerika dan Tiongkok sedikit mereda, karena masing-masing sedang menghadapi Covid-19 dan Globalis. Secara tidak langsung Indonesia seharusnya mengambil langkah untuk anak bangsa menciptakan fintech,google,we chat karya mereka sendiri dan pastikan dilindungi oleh negara.
“Kita harus punya milik sendiri, tidak pakai milik negara asing telekomunikasi itu proyek strategis negara. Coba lebih diperhatikan wahai pejabat negara karena masalah ini semua. Maka sekarang kita ingetin bangun swasta, dukung dengan fasiltas” kata Mardigu.